Minggu, 18 Juli 2010

Can I Also Call You Bapu, Mr. Gandhi?


Takjub setelah menyaksikan film berjudul "Gandhi"

Bahwa ada seorang manusia yang hidup pada zamannya yang SUNGGUH menelan bulat - bulat hukum cinta kasih itu. And he is not even a christian!

Walau hidup Gandhi berakhir tragis (walau otak waras dan tak warasku pun tak dapat memahami kenapa harus berakhir begitu), namun setiap titik koma dalam perkataannya menjadi sebuah arus pemikiran yang membuat tiap orang berpikir ulang bahwa memang tirani itu tidak akan pernah menang. Bahwa pada akhirnya cinta akan mengambil posisinya kembali sebagai raja yang bertahta dalam kehidupan manusia.

Mungkin Gandhi masih melihat perjuangannya belum berakhir. Kekecewaan mendalam sangat terasa ketika India dan Pakistan terpisah menjadi dua negara yang berbeda. "Hindu dan Muslim adalah seperti mata kanan dan kiri India". Betapa kecewanya Beliau, bahwa perbedaan agama justru memecahkan hubungan cinta kasih persaudaraan itu. Puasa tidak makan pun dilakukan dengan tuntutan agar perang antara India dan Pakistan dapat terhenti. Konflik berhenti sementara demi menghentikan aksi demonstrasi Gandhi. Teringat seseorang yang berkata "Jika aku berpuasa, maka aku akan mati. Tetapi jika engkau (Gandhi) berpuasa, maka semua orang akan melakukan apapun juga untuk menghentikan puasamu."

Selain seorang Ibu Teresa, India juga punya seorang Bapu Gandhi.

Seorang Bapu yang mementingkan perjuangan tanpa kekerasan, yang memberikan pipi kanan jika ditampar pipi kiri.

Banyak generasi muda yang hardly ever believe perjuangan seperti ini pernah ada dan mencapai sebuah kesuksesan yang luar biasa. Maka sekarang, aku bertanya apakah akan ada lagi seorang Bapu seperti Gandhi? Ataukah sejarah hanya akan menelan ceritanya, dan revolusi cinta akan terhenti di zamannya saja? Sungguh di lubuk hatiku yang terdalam, sangat berharap akan ada seorang Bapu seperti Gandhi di Indonesia. Seorang yang bukan melihat warga negara berdasarkan mayoritas dan minoritas. Sungguh pendikotomian mayoritas dan minoritas ini adalah hal yang sangat menyakitkan. Diskriminasi sudah muncul bahkan ketika jumlah diperhitungkan. Semoga suatu saat akan ada pemimpin yang merangkul kita semua. Bersedih ketika kita berperang satu sama lain demi sebuah kekuasaan. Bahkan berpuasa demi kerukunan negaranya. Sungguh seorang negarawan sejati, juga mahluk Tuhan yang terpuji! Hope we will find our own bapu, Mr. Gandhi.